Rabu, 31 Juli 2013

A STUDY IN SCARLET






Terjemahan cerita SHERLOCK HOLMES (A STUDY IN SCARLET)
  
Penelusuran Benang Merah
A STUDY IN SCARLET
by Sir Arthur Conan Doyle

BAGIAN 1:
Penelusuran Ulang Kenangan John H. Watson, M.D., Pensiunan Departemen Kesehatan Angkatan Perang

Daftar Isi

Bab 1 MR. SHERLOCK HOLMES

Bab 2 KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bab 3 MISTERI LAURISTON GARDEN

Bab 4 APA YANG HARUS DICERITAKAN OLEH JOHN RANCE

Bab 5 IKLAN KAMI MENGUNDANG PENGUNJUNG

Bab 6 TOBIAS GREGSON MEMAMERKAN KEBOLEHANNYA

Bab 7 CAHAYA DALAM KEGELAPAN


A STUDY IN SCARLET ( Bab 7 CAHAYA DALAM KEGELAPAN )

Bab 7
CAHAYA DALAM KEGELAPAN

Hasil penyelidikan yang di sampaikan Lestrade merupakan informasi yang sangat penting dan mengejutkan bagi kami bertiga sungguh tak terduga. Gregson terperanjak dari kursi dan menumpahkan sisa whisky dan airnya. Aku terbelalak pada Sherlock Holmes dalam kesunyian, bibirnya tertekan dan di atas matanya terlihat keningnya mengkerutan.
“Stangerson juga!” ia berkomat-kamit. “Alur cerita semakin rumit.”
“Sebelumnya sudah cukup rumit,” gerutu Lestrade, sambil menarik kursi. “Tampaknya aku harus menyerahkan kasus ini ke mahkamah militer.”
“Apa kau - Apa kau yakin atas hasil penyelidikan ini?” kata Gregson dengan suara yang gagap.
“Aku baru saja dari kamarnya,” kata Lestrade. “Aku orang pertama yang melihat apa yang telah terjadi.”
“Kita telah mendengar pandangan Gregson menyangkut kasus ini,” Holmes mengamati. “Maukah kau memberithau kami apa yang sudah kau lihat dan melakukan?”
“Aku tak keberatan,” jawab Lestrade, dari tempat duduknya. “Ku akui bahwa aku sependapat dengan opini tentang Stangerson menyangkut kematian Drebber. Perkembangan baru kasus ini membuktikan bahwa perkiraanku sepenuhnya salah. Dengan satu gagasan, aku ingin tahu apa yang terjadi pada sang sekretaris. Mereka tadinya terlihat bersama-sama di Euston Station sekitar pukul setengah sembilan pada malam ke tiga. Paginya, pada pukul dua, Drebber ditemukan tewas di Brixton Road. Pertanyaan yang ada di kepalaku adalah apa yang sedang dikerjakan Stangerson antara pukul 8:30 sampai dengan waktu terjadinya pembunuhan, dan setelahnya. Aku mengirim telegraf ke Liverpool, dan memberikan deskripsi mengenai orang ini, dan memperingatkan mereka untuk mengawasi kapal Amerika itu. Kemudian aku melanjutkan penyelidikanku dengan menghubungi semua hotel dan rumah penginapan di sekitar Euston. Kau tahu kan…, aku beranggapan jika Drebber dan rekannya telah terpisah, secara naluriah mereka akan mencari penginapan terdekat untuk satu malam, dan kemudian melanjutkan perjalanan esok paginya.”
“Mungkin mereka janjian bertemu di suatu tempat,” kata Holmes.
“Jadi itu membuktikan, kerja kerasku semalam cuma buang-buang waktu saja. Pagi ini aku bangun pagi-pagi sekali, dan pada jam delapan aku pergi ke Halliday’s Private Hotel, di Little George Street. Dalam pemeriksaanku, mereka langsung menjawab bahwa Mr. Stangerson sedang menginap di sana.

A STUDY IN SCARLET ( Bab 6 TOBIAS GREGSON MEMAMERKAN KEBOLEHANNYA )

Bab 6
TOBIAS GREGSON MEMAMERKAN KEBOLEHANNYA

Surat kabar hari berikutnya penuh dengan ‘Misteri Brixton,’ begitu mereka menyebutnya. Masing-Masing memiliki cerita sendiri, dan beberapa kepala berita ditambah-tambahkan. Ada beberapa informasi yang menurutku baru. Aku masih menyimpan sejumlah kliping dan intisari mengenai kasus ini di bukuku. Berikut ini adalah beberapa ringkasannya:
Telegraf harian menyebutkan bahwa dalam sejarah kejahatan, jarang terjadi tragedi yang menonjolkan orang asing. Nama jerman dari korban, ketidakhadiran dari semua motif lain, dan ancaman yang tertulis di atas dinding, semuanya menunjukan tindakan seorang narapidana politik dan seorang revolusioner. Orang-orang sosialis memiliki banyak pengikut di Amerika, dan korban adalah salah satunya, tentu saja, meninggalkan catatan kriminal yang tak tertulis, dan jejak mereka telah dihilangkan. Sepintas-lalu menurut Vehmgericht, Aqua Tofana, Carbonari, Marchioness de Brinvilliers, teori Darwinian, prinsip Malthus, dan pembunuhan di Ratcliff Highway, artikel ini menyimpulkan, dengan anjuran pemerintah dan advokasi Inggris, untuk berwaspada terhadap orang asing.

A STUDY IN SCARLET ( Bab 5 IKLAN KAMI MENGUNDANG PENGUNJUNG )

Bab 5
IKLAN KAMI MENGUNDANG PENGUNJUNG

Aktivitas pagi kami sudah terlalu banyak, dan karena kesehatanku yang lemah, aku menjadi lelah di sore harinya. Setelah Holmes pergi ke konser, aku merebahkan diri di atas sofa dan mencoba untuk tidur beberapa jam. Namun sia-sia. Pikiranku dipenuhi oleh semua hal yang baru saja terjadi, dan khayalan yang aneh dan dugaan-dugaan yang memenuhinya. Setiap kali aku menutup mata, Aku melihat kesimpangsiuran di hadapanku, sepertinya baboon yang membunuh orang itu. Begitu menakutkan kesan yang ditimbulkan wajah mayat itu, dan sukar rasanya untuk berandai-andai kecuali berterima kasih kepadaNYa yang telah memindahkan pemilik tubuh itu dari dunia ini. Jika sekiranya ada raut muka manusia yang mencerminkan sifat buruk yang paling jahat, pastilah raut muka Enoch J. Drebber, dari Cleveland. Meskipun demikian, aku menyadari bahwa keadilan harus ditegakkan, dan dalam pandangan hukum kerusakan moral korban tidak bisa dimaafkan.
Semakin aku memikirkannya semakin luar biasa hipotesis rekanku, bahwa kelihatannya korban telah diracuni. Aku ingat bagaimana ia mengendus-endus bibir mayat itu, dan tidak diragukan lagi bahwa dia telah mendeteksi sesuatu yang menimbulkan gagasan itu. Lagi pula, jika bukan racun, hal apa lagi yang bisa menyebabkan kematian orang ini, karena tidak ada luka tanda pencekikan? Tetapi, pada sisi lain, darah siapa yang bergelinang di atas lantai? Tidak ada tanda-tanda perkelahian, maupun senjata korban yang mungkin bisa melukai musuhnya. Sepanjang semua pertanyaan ini masih belum terjawab, aku merasa bahwa tidur bukanlah hal yang gampang, baik untuk Holmes maupun diriku. Ketenangan sikapnya, meyakinkanku bahwa ia sudah membetuk teori yang dapat menerangkan semua fakta ini, meskipun demikian apa yang membuatku tidak bisa membuat dugaan-dugaan instan.
Ia terlambat pulang - sangat terlambat, konser tidak mungkin menahan dia selama ini. Makan malam sudah di atas meja sebelum ia muncul.
“Konser yang bagus sekali,” katanya, ketika dia mengambil tempat duduk nya. “Apakah kau ingat apa yang dikatakan Darwin mengenai musik? Dia meng-klaim bahwa kekuatan menilai dan menghasilkan musik sudah ada jauh sebelum kemampuan berbicara ada. Barangkali itu alasan mengapa kita menjadi sangat dipengaruhi oleh kerumitannya. Ada memori yang samar-samar di jiwa kita berabad-abad yang lalu ketika dunia masih masa kanak-kanak.”
“Gagasan yang agak luas,” Kataku.
“Gagasan seseorang harus sama luasnya seperti Alam jika mereka menginterpretasikan nya dengan Alam,” jawabnya. “Ada apa? kau tidak terlihat seperti dirimu. Apakah kejadian di Brixton Road tadi membuatmu terganggu.”
“Sejujurnya…, memang membutku terganggu…,” Kataku. “Seharusnya aku lebih kuat, terhadap kasus ini, setelah pengalamanku di Afghan. Aku melihat teman-temanku tercincang berkeping-keping di Maiwand tanpa rasa gugup.”
“Aku bisa mengerti… Ada misteri dalam kasus ini yang merangsang imajinasi; ‘tidak ada imajinasi tidak ada kengerian’. Sudahkah kau baca ‘koran sore’ hari ini?”
“belum.”
“Beritanya memberi kita peluang yang bagus menyangkut kasus ini. Beritanya tidak menyebutkan soal cincin kawin yang jatuh ke atas lantai ketika mayat itu diangkat. Memang… sebaikya tidak disebutkan.”
“Kenapa?”
“Perhatikan iklan ini,” ia menjawab. “Aku sudah kirim orang untuk memuatnya di setiap koran begitu kita meninggalkan Brixton Road tadi pagi.”
Ia melemparkan korannya kepadaku dan aku melirik ke bagian yang ditandai. Iklan itu menjadi pengumuman yang pertama di dalam ‘Telah ditemukan’ kolom. ‘Di Brixton Road, pagi ini,’ sebagai berikut, ‘sebuah cincin kawin emas, dimukan di jalan di antara White Hart Tavern dan Holland Grove Hart. Hubungi Dr. Watson, 221B, Baker Street, sekitar pukul delapan dan pukul sembilan malam ini.’
“Maafkan jika aku menggunakan namamu,” katanya. “Karena jika menggunakan namaku, orang-orang bebal ini bisa mengenalinya, dan mereka akan mengacaukan kasus ini.”
“Tak apa,” Jawabku. “Tapi…, sekiranya ada orang yang menghubungiku, dan aku tidak punya cincinnya.”
“Oh, ya, kau punya,” kata nya, mengatakannya kepada ku. “Tidak masalah… hanya sebuah facsimile.”
“Dan siapa yang kau harapkan akan menjawab iklan ini?”
“Siapa…, orang dengan jeket warna coklat - teman kemerah-merahan kita dengan tapak sepatu petak. Jika ia tidak datang sendirian…, ia akan mengirimkan suruhannya.”
“Tidakkah ia berfikir ini terlalu berbahaya?”
“Sama sekali tidak. Jika pandanganku menyangkut kasus ini benar, dan aku juga punya alasan yang kuat, orang ini lebih suka mengambil resiko apapun dari pada harus kehilangan cincinnya. Menurut dugaanku ia menjatuhkan cincin itu selagi membungkuk di atas mayat Drebber, dan pada waktu itu dia tidak merasa kehilangan. Ia baru merasa kehilangan setelah meninggalkan rumah itu dan cepat-cepat kembali, namun polisi sudah berada di dalam rumah itu dan ia menyesali kebodohannya sendiri karena telah membiarkan lilin menyala. Ia harus berpura-pura mabuk untuk menghilangkan kecurigaan yang mungkin timbul karena kemunculannya di depan gerbang. Sekarang, seandainya dirimu adalah dia. Setelah memikirkan iklan tadi, kemungkinannya, dia pasti berfikir bahwa dia telah kehilangan cincin itu di jalan setelah meninggalkan rumah itu. Apa yang ia lakukan kemudian? dia akan melihat ‘koran sore’ ini dengan penuh nafsu dan berharap akan melihat cincin itu karena ada orang yang menemukannya. Matanya, tentu saja, akan berbinar-binar. Ia akan sangat gembira. Kenapa juga ia harus takut terperangkap? Tidak ada alasan baginya untuk berfikir tentang hubungan antara kasus pembunuhan dan penemuan sebuah cincin. Ia akan datang… Ia akan datang… Kau akan melihatnya selama satu jam.”
“Dan kemudian?” Tanyaku.
“Oh, kau bisa meninggalkan kami berdua. Kau punya senjata?”
“Aku punya pistol revolver tua dan beberapa magazine.”

A STUDY IN SCARLET ( Bab 4 APA YANG HARUS DICERITAKAN OLEH JOHN RANCE )

Bab 4
APA YANG HARUS DICERITAKAN OLEH JOHN RANCE

Waktu menunjukkan pukul satu ketika kami meninggalkan rumah no. 3, Lauriston Garden. Sherlock Holmes membawaku ke kantor telegraf terdekat, dari sana ia mengirim sederetan telegram yang panjang. Ia kemudian menyetop kereta kuda, dan meminta si kusir untuk mengantar kami ke alamat yang kami peroleh dari Lestrade.
“Tidak ada bukti otentik,” katanya; “Sebetulnya, seluruh pikiranku terpusat pada kasus ini, tetapi tetap saja kita bisa belajar dari semua yang harus dipelajari.”