
Peneliti terkait menyatakan bahwa mereka
dapat menghapus memori spesifik dengan obat, sekaligus dapat
memastikan memori lainnya masih tersimpan dengan baik dan utuh.
Ahli
saraf mendapati bahwa dengan memanfaatkan timing yang tepat memasukkan
obat penghapus memori saat kita sedang teringat akan sesuatu, obat
tersebut akan dapat menghalangi simpanan memori, bahkan membuat memori
itu hilang.
Menurut laporan sebuah harian
terbitan Inggris, penelitian ini
menarik perhatian konsultan parlemen
Inggris.
Dengan tegas mereka mengatakan bahwa sekarang perlu adanya
suatu penetapan standar baru untuk mengawasi penggunaan obat jenis ini,
tujuannya mencegah jangan sampai obat ini digunakan sembarang orang
sebagai “obat mujarab darurat”.
Namun ilmuwan
yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini menegaskan bahwa obat
penghapus ini mungkin memiliki nilai yang sangat berharga dalam
mengobati gejala penyakit seperti tekanan stress karena terluka (hati)
dan penyakit mental.
Dalam laporan penelitian
terbaru yang diungkapkan di majalah “Psychiatry Research”, ahli
penyakit jiwa dari Universitas Harvard, Boston, menggunakan obat
‘penghambat memori’ penderita yang terluka.
Profesor
Nadher mengatakan,
“ketika kita mengingat kenangan lama, memori-memori
ini mungkin dalam keadaan belum tersimpan, sehingga kemudian harus
disimpan kembali.”
Nadher menuturkan: “ketika
memori menyimpan kembali, kita beri obat yang dapat menolak bagian
emosi dalam memori tersebut kepada penderita. Kerja obat adalah
membiarkan bagian kesadaran dalam memori tetap tersimpan utuh, sehingga
dengan demikian penderita dapat mengingat semua bagian kecil, tapi
tidak akan terganggu oleh memori tersebut.”
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa memori dapat dikendalikan, sebab
fungsi memori bagaikan terbuat dari kaca, dimana dalam proses
menciptakan memori menampakkan keadaan lebur dan setelah itu menjadi
padat.
Obat yang digunakan peneliti adalah
propranolol.
Obat ini biasanya dipakai untuk mengobati tekanan darah
tinggi bagi penderita sakit jantung.
Namun telah diketahui dapat
mengakibatkan sakit ingatan. Mereka memakai obat ini untuk mengobati 19
korban yang pernah mengalami kecelakaan atau pelecehan seksual selama
10 hari, sekaligus meminta mereka menggambarkan ingatan atas peristiwa
yang menggoreskan luka di hati yang terjadi pada 10 tahun silam.
Sepekan
kemudian, peneliti mendapati bahwa penderita yang menggunakan obat
tersebut, menunjukkan tanda-tanda munculnya tekanan stress lebih jarang
ketika mengenang kembali luka hati di masa lalu, misalnya detak jantung
bertambah cepat dan sebagainya.
Dalam sebuah
penelitian baru yang dipublikasikan oleh para ilmuwan di Universitas New
York, para peneliti mengatakan bahwa mereka berhasil menghapus memori
tunggal dalam otak tikus, sekaligus dapat mempertahankan memori lainnya
dengan baik dan utuh.
Penelitian ini menimbulkan
kekhawatiran sebagian ilmuwan, mereka khawatir obat yang dipakai untuk
mengubah memori mungkin akan disalahgunakan oleh masyarakat awam untuk
menghapus memori yang tidak diinginkan.
Laporan baru yang
dipublikasikan kantor teknologi dan ilmu pengetahuan di bawah yuridiksi
parlemen Inggris memperingatkan keharusan menetapkan standar
pengawasan penggunaan obat jenis ini dan secara ketat membatasi
preskripsinya sehingga mereka hanya dapat membelinya apabila disertai
dengan resep dokter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar