25. Ciuman Itu dan Akibatnya
Malam itu, Ayyas tidak bisa tidur. Ciuman Anastasia Palazzo terus terasa di pipinya. Bahkan masih terasa hangatnya di seluruh syaraf dan hatinya.
Kejadian tadi siang benar-benar membuatnya gelisah. Itu adalah untuk pertama kalinya ia dicium oleh seorang perempuan yang bukan mahramnya. Ia tidak merasa bahagia, tapi ia malah merasa berdosa.
Ia merasa tidak hanya pipinya yang ternoda, tapi seluruh tubuhnya ternoda. Sebab, ia merasakan seluruh tubuhnya langsung bergetar saat Anastasia tiba-tiba menceploskan ciumannya begitu cepat. Dan ia merasa bahwa itu adalah getaran dosa.
Ia berharap, perempuan bukan mahram yang pertama kali menciumnya adalah istrinya. Ya, istrinya yang sah. Dan ia berharap, yang jadi istrinya adalah Ainal Muna yang pernah dipinangnya.
Begitu selesai masternya, ia akan kembali mendatangi Ainal Muna, dan ia berharap gadis itu tetap setia menunggunya. Meskipun ciuman Anastasia itu bukan karena keinginannya, dan mendarat begitu saja tanpa bisa ia antisipasi
sebelumnya. Toh, Ayyas tetap saja merasa dirinya tidak suci lagi. Sudah ada yang menodai dirinya, yaitu gadis Rusia bernama Anastasia.
Ia merasa telah mengkhianati Ainal Muna dengan tidak sengaja. Ia tidak bisa membayangkan jika Muna melihat kejadian itu, pasti Muna akan sangat cemburu. Sama seperti dirinya jika melihat Muna tiba-tiba dicium oleh lelaki
lain yang Muna juga tidak mengharapkannya seperti dirinya, ia tetap akan cemburu. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah dirinya masih layak menjadi pendamping Ainal Muna.
Dirinya yang selama ini hidup di Moskwa, satu apartemen dengan Yelena dan Linor. Dirinya yang pernah melihat aurat Linor saat berbuat zina seperti binatang jalang dengan Sergei. Dirinya yang pernah melihat Yelena yang seringkah berpakaian terbuka di ruang tamu apartemen.
Meskipun semua itu tidak ia inginkan, dan sama sekali tidak ia nikmati. Apakah dirinya yang penuh dosa ini tetap layak mendampingi Muna.
Ayyas meneteskan airmata. Ia teringat firman Allah yang menegaskan, lelaki yang buruk untuk perempuan yang buruk dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik. Ia beristighfar berkali-kali.
Ia lalu bangkit, mengambil wudhu, dan shalat. Dalam sujudnya ia menangis sejadi-jadinya kepada Allah. Ia meminta agar dosa-dosanya diampuni semuanya, dan agar ia diberi kekuatan untuk terus istiqamah mengamalkan ajaran Islam yang mulia.
Tidak ada kesejukan yang ia rasakan dikala susah dan gelisah, melebihi sejuknya jiwanya tatkala menangis dalam sujud kepada Allah Yang Maha Mengampuni segala dosa hamba-Nya.
***
Di apartemennya yang terletak tak jauh dari Galeri Tretyakov, Anastasia Palazzo juga tidak bisa tidur malam itu. Gadis yang sudah meraih gelar doktor itu tiduran di atas kasurnya sambil tersenyum sendiri. Ia merasa bahagia memiliki keberanian itu. Ya, keberanian mencium pemuda yang dikaguminya, yaitu Ayyas.
Meski mendarat dengan cepat, itulah ciuman yang ia lakukan dengan penuh kesadaran akal pikirannya. Itulah ciuman yang ia lakukan dengan sepenuh jiwa dan perasaan. Ia merasa tidak pernah melakukan ciuman sesadar dan
sepenuh jiwa seperti itu.
Dulu, ketika masih sekolah di sekolah menengah, ia pernah memiliki teman lelaki yang sangat akrab, yang kemudian menjadi kekasih hatinya. Ia pernah berciuman dengannya. Tetapi itu adalah ciuman cinta monyet. Ia merasa saat
itu tidak melakukan ciuman dengan segala kesadaran, akal sehat, dan sepenuh rasa. Tadi siang, ia telah mencium pemuda itu dengan penuh kesadaran, dengan sepenuh jiwa dan cintanya. Dan meski dilakukan dengan ekstra cepat, ia yakin akibat yang ditimbulkannya tidaklah biasa.
"Entah apa yang dirasakan Ayyas sesudah kucium dengan sepenuh jiwa. Aku yakin ia akan mengingatnya sepanjang masa," gumamnya dalam hati. Gumam kebahagiaan tiada tara, yang hanya diketahui oleh dirinya dan Tuhan Sang Pencipta manusia.
Amboi, sengaja memang Ananstasia melakukan ciuman itu dengan cepat, agar Ayyas tidak punya kesempatan berpikir menolaknya. Ketika ciumannya telah dirasakan Ayyas, Anastasia sangat yakin Ayyas akan terus mengingatnya, tidak akan melupakannya. Ia juga yakin, malam ini Ayyas takkan bisa tidur karenanya.
Ia yakin akan itu semua, karena ia merasa telah menciumnya dengan sepenuh jiwa. Kata seorang filsuf, sesuatu yang datangnya dari jiwa akan sampai ke jiwa, dan akan diterima oleh jiwa.
Ia akan melihat kebenaran apa yang ia yakini besok pagi, ketika bertemu dengan Ayyas. Jika pemuda itu bertemu dengannya dengan muka dan tingkah laku biasa-biasa saja, seolah tidak ada sesuatu, maka keyakinannya itu salah. Pemuda itu hanya menganggap ciumannya tak ada arti istimewanya, itu sama dengan ciuman yang dilakukan banyak orang ketika bertemu dengan
teman atau kerabatnya.
Tetapi jika Ayyas menjadi gugup dan kikuk padanya, dan mukanya memerah saat berhadapan dengannya, maka ia bisa memastikan, ciumannya memberikan pengaruh yang kuat dalam jiwanya. Dan ia akan merasa tidak sia-sia memberikan ciumannya.
Anastasia kembali tersenyum. Senyum kemenangan yang tak terperikan. Ia kembali teringat dialognya dengan Ayyas di stolovaya itu.
Saat ia menceritakan semua masalahnya berkenaan dengan ibunya yang datang memintanya menikah dengan Boris Melnikov. Ia teringat bagaimana Ayyas begitu menganggap remeh masalahnya.
Ia ingat betul dialog itu.
"Menurutku masalah Doktor sangat remeh, bukan masalah besar?" Kata Ayyas dengan tenang, santai dan tanpa beban.
"Masalah yang remeh? Apa maksudmu?"
"Doktor hanya perlu menikah segera dengan lelaki yang Doktor pilih, maka masalah Doktor selesai. Ibunda Doktor tidak akan meminta hal
yang macam-macam dan si Boris Melnikov dan keluarganya juga tidak akan macam-macam. Ibunda Doktor meminta Doktor menikah dengan A atau B atau C, itu karena melihat Doktor tidak juga menikah, dan belum memiliki pilihan yang jelas. Itu masalahnya."
"Jadi aku harus menikah?"
"Ya untuk kasus Doktor, saya katakan, menikahlah sebelum Anda dipaksa menikah!"
"Jadi begitu menurutmu?"
"Ya." Ayyas menjawab dengan tegas.
"Ya, aku akan segera menikah. Dan aku akan minta engkau menikahiku, agar semua orang di dunia tahu, aku sudah punya suami. Sehingga tidak ada lagi yang menggangguku. Ibuku tidak akan bingung lagi mencarikan jodoh. Dan Boris Melnikov tidak akan mengharapkan lagi aku menjadi istrinya. Sebab aku sudah punya suami!"
Gumam Anastasia pada dirinya sendiri dengan mata berbinar-binar.
"Bagaimana kalau pemuda itu tidak mau?"
Tiba-tiba ada suara dari relung hatinya yang lain.
"Ah aku tidak percaya kalau dia tidak mau. Bukankah dia yang pernah memuji diriku dengan mengatakan, diriku ini memiliki perpaduan kecantikan Tsarina Rusia dan wibawa Kaisar Roma. Dia bahkan mengatakan, jika aku gugup mukaku memerah, sehingga kecantikan tsarina tercantik pun lewat. Aku sangat yakin dia pasti diam-diam telah jatuh hati padaku!" Gumam Anastasia dengan bangga pada dirinya sendiri.
Anastasia merasa malam itu terasa indah, sangat indah malahan. Sehingga ia susah memejamkan mata. Ia ingin pagi hari segera tiba, sehingga ia bisa segera bertemu dengan pemuda yang memiliki karakter yang memikat hatinya itu. Ia ingin segera bertemu Ayyas, dan menyampaikan apa yang ia rasakan dengan penuh kejujuran.
Ia tidak ingin menutup-nutupi apa yang dirasakannya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar