Jumat, 05 April 2013

Bumi Cinta ( Part 33 )

Bumi Cinta
Karya : Habiburrahman El Shirazy

DILARANG COPY PASTE UNTUK TUJUAN KOMERSIAL !!!

33. Saat "Rusia Berbicara"

Sementara itu di kota Moskwa, Ayyas dan Doktor Anastasia Palazzo sedang siaran langsung acara talk show "Rusia Berbicara." Setelah Doktor Anastasia menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh dua orang pemirsa yang ada di studio, kini giliran Ayyas yang mendapatkan pertanyaan. Seorang gadis muda berambut pirang menyala dan berjaket biru muda
mengacungkan tangan kanannya dan berkata,
"Kalau boleh saya mau bertanya kepada Ayyas." Kata gadis itu.
Sang pembawa acara mempersilakan sambil tersenyum ramah.
"Baik, saya mau bertanya kepada Tuan Ayyas yang duduk sebagai seorang intelektual Muslim. Saat ini saya percaya bahwa Tuhan itu ada, hanya saja saya masih bingung agama mana yang harus saya anut. Saya masih dalam pencarian. Tolong yakinkan saya secara ilmiah bahwa Al-Quran itu adalah benar-benar firman Tuhan yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut saya agama yang benar adalah agama yang kitab sucinya benar-benar berasal dari Tuhan. Bukan karangan manusia. Terima kasih."
"Silakan Tuan Ayyas." Kata pembawa acara yang tampil anggun dengan jas putih gading.
Setelah membaca basmalah dalam hati, Ayyas menjawab,
"Seandainya saya diberi waktu satu hari penuh untuk memaparkan bukti ilmiah keaslian Al-Quran sebagai firman Tuhan, pastilah waktu satu hari
penuh itu tidak akan cukup. Ratusan ribu buku telah menulis bukti ilmiah itu. Setiap saat para ilmuwan menemukan bukti baru yang ilmiah tentang kemukjizatan AJ-Quran.
"Baiklah, di waktu yang singkat ini, akan saya gunakan bercerita singkat tentang bukti keaslian Al-Quran sebagai firman Tuhan. Bukti ilmiah yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Saya akan bercerita tentang tiga ilmuwan terkemuka di zamannya yang telah membuktikan Al-Quran sebagai kalam Tuhan yang tidak terbantahkan.
"Pertama, adalah Dr. Gary Miller. Ilmuwan terkenal ini mengatakan, bahwa sebelum Al-Quran diturunkan dan Muhammad Saw. Diangkat menjadi rasul, seorang filsuf Yunani Democritus telah menyampaikan pendapatnya tentang atom.
Democritus dan para filsuf berkata, 'Materi terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak terlihat dan tidak bisa dibagi, partikel-partikel itu disebut atom.' Itulah definisi atom secara ilmiah yang diketahui manusia selama ribuan tahun.
"Orang Arab telah mengetahui definisi ini jauh sebelum Islam datang. Buktinya, kata 'dzarrah' atau atom' menurut orang Arab adalah bagian terkecil yang diketahui oleh manusia. Namun sekarang ini, ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa atom yang dianggap bagian terkecil dari materi ternyata masih bisa dibagi lagi.
Hal itu dianggap sebagai penemuan baru dalam science modern. Yang sangat mengherankan, Al- Quran yang diturunkan empat belas abad yang lalu ternyata telah lebih dulu memberikan informasi ilmiah ini. Allah berfirman di dalam Al- Quran,
"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak ada yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (lauhul mahfudz).
"Tidak diragukan lagi penjelasan bahwa ada yang lebih kecil dari atom seperti yang ada dalam ayat di atas adalah hal yang samasekali tidak populer ketika Al-Quran diturunkan. Yang diketahui manusia saat itu materi terkecil adalah atom, dan atom tidak bisa dibagi, artinya tidak ada yang lebih kecil dari atom. Dari manakah Al-Quran bisa memberikan informasi ilmiah yang jauh melampaui apa yang ditemukan manusia saat itu.
Tak lain dan tak bukan adalah dari Allah Swt. Ini membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang tidak lekang oleh zaman.
"Kedua, adalah Dr. Maurice Bucaille. Dia adalah seorang dokter ahli bedah terkenal di Perancis. Seperti dimaklumi bersama, salah satu Negara yang memiliki perhatian besar pada peninggalan-peninggalan purbakala adalah Perancis. Saat Presiden Francois Mitterand terpilih menjadi presiden Perancis tahun 1981, pemerintah Perancis di penghujung tahun delapan puluhan
meminta kepada pemerintah Mesir untuk melakukan penelitian terhadap mumi Fir'aun di Perancis. Untuk itu dipindahkanlah untuk sementara tubuh Mumi itu ke Perancis.
"Mumi itu disambut dengan upacara kenegaraan yang meriah setibanya di Perancis. Dia disambut bahkan oleh presiden seolah-olah masih hidup. Mumi itu lalu diletakkan di dalam ruangan khusus di Musium Pusat Perancis untuk diteliti oleh para pakar arkeologi dan dokter ahli bedah agar misteri seputar mumi Fir'aun itu terungkap.
Dan yang menjadi ketua dari para pakar dan ahli bedah dalam penelitian terhadap mumi itu adalah dokter bedah paling cemerlang saat itu, yaitu Dr.
Maurice Bucaille. Para peneliti itu ingin mengetahui apa sesungguhnya yang menyebabkan kematian Fir'aun.
"Setelah melakukan penelitian dengan seksama, mereka pun menemukan jawaban ilmiah, kenapa Fir'aun mati. Sisa-sisa garam yang lengket pada tubuhnya, juga sebagian ada di tenggorokan dan alat pencernaan merupakan
bukti kuat bahwa Fir'aun mati di laut. Ketika orang-orang saat itu menemukan jasad Fir'aun di laut, mereka langsung memurnikannya agar awet.
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar di benak Dr. Maurice Bucaille adalah bagaimana jasad Fir'aun tetap bisa utuh ketika ia ditemukan di laut?
"Saat itu ada seorang anggota tim yang ia pimpin berbisik padanya, 'Sebenarnya umat Islam sudah membicarakan mengenai tenggelamnya
jasad ini dan keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.'
Namun Dr. Maurice Bucaille saat itu mengacuhkan informasi itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Dia meyakini bahwa penemuan baru mengenai apa yang terjadi padamumi Fir'aun itu tidak akan terjadi kecuali Melalui serangkaian penelitian dengan menggunakan metode dan alat pendukung yang canggih.
"Lalu dokter ahli bedah yang lain yang memiliki tanggung jawab yang sama dalam penelitian mumi itu mengatakan,
'Benar, sungguh, Al-Quran, kitab suci yang dipercayai kaum Muslim itu telah menceritakan bagaimana Fir'aun mati tenggelam dan memastikan keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.'
"Dr. Maurice Bucaille tercengang tidak percaya, dia merasa itu hal yang aneh. Bagaimana bisa terjadi. Mumi itu belum ditemukan hingga tahun 1898 M atau baru ditemukan dua ratus tahun yang lalu, sementara kitab Al-Quran sudah ada sejak seribu empat ratus tahun yang silam.
Bagaimana kitab suci Al-Quran bisa memberikan informasi itu, padahal seluruh manusia termasuk juga bangsa Arab tidak mengetahui apa pun tentang kehidupan Mesir kuno. Manusia baru tahu setelah jasad mumi itu ditemukan bersama peninggalan Mesir kuno lainnya.
"Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran ahli bedah dari Perancis ini. Ia mulai berpikir tentang kemukjizatan Al-Quran. Ia duduk merenung di hadapan jasad mumi Fir'aun. Kitab suci umat Kristiani memang juga menceritakan tenggelamnya Fir'aun ketika mengejar Musa, tetapi Injil Matius dan Lukas itu tidak menceritakan sedikit pun keutuhan jasadnya setelah
tenggelam. Apakah logis mumi itu adalah Fir'aun yang dikejar Musa? Apakah logis Al-Quran benar-benar menceritakan jasadnya utuh setelah tenggelam? Dr. Maurice Bucaille terus gelisah.
"Hari berikutnya ia minta kepada beberapa ahli bedah untuk membawa taurat, kitab suci orang Yahudi. Dia membaca kitab keluaran. Ia kecewa karena Kitab Keluaran sama sekali tidak menceritakan jasadnya akan utuh, yang diceritakan hanyalah Fir'aun mati tenggelam. Kitab Keluaran itu hanya mengabarkan,
'Kemudian berbaliklah air laut itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Fir'aun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut, hingga tak tersisa seorang pun dari mereka.'
"Setelah Dr. Maurice membaca Kitab Keluaran itu tetap bingung sekaligus penasaran dengan apa yang dikatakan rekannya mengenai informasi yang sudah ada di dalam Al-Quran itu. Setelah jasad mumi dikembalikan ke Mesir, Dr. Maurice menghadiri konferensi kedokteran di Saudi Arabia.
Ia ingin bertemu dengan para dokter Muslim dan menanyakan benar tidaknya apa yang disampaikan rekannya itu. Konferensi itu memang membahas keutuhan jasad Fir'aun setelah tenggelam.
"Di tengah acara, seorang ilmuwan Muslim membuka hati Dr. Maurice Bucaille yang sedang mencari hakikat Al-Quran. Ilmuwan Muslim itu membacakan ayat suci Al-Quran, 'Maka pada hari itu Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lalai dari tanda-tanda kekuasaan Kami.’
"Ayat suci itu membuat tubuh Dr. Maurice Bucaille bergetar, seketika ia berkata dengan suara lantang, 'Aku masuk Islam dan aku beriman pada Al-Quran ini.' Ia sangat yakin bahwa Al- Quran benar-benar firman Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tuhan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan.
“Ketiga, apa yang terjadi pada Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan ahli Embriologi terkenal dari Amerika. Suatu hari ia membaca artikel bahwa Al-Quran menjelaskan ihwal pertumbuhan janin dari masa pembuahan sampai lahir. Saat itu Dr. Keith L. Moore hampir tidak percaya. Sebab menurutnya, pengetahuan Embriologi baru diketahui oleh manusia belakangan ini, terutama sejak diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti canggih ilmu kedokteran modern lainnya.
"Untuk membuktikan kebenaran tulisan itu, Dr. Keith L. Moore lalu membaca dan mempelajari Al-Quran. Dan akhirnya, mau tidak mau ia harus terkagum-kagum kepada Al-Quran.
Ternyata benar, Al-Quran memuat ayat-ayat yang menjelaskan tentang Embriologi secara lengkap dan tuntas.
"Dr. Keith L. Moore, mengatakan, Apa yang tercantum dalam Al-Quran itu sungguh tidak mungkin terjangkau oleh pengetahuan medis pada abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam. Ini suatu mukjizat.
"Berdasarkan temuan ilmiah itulah Dr. Keith L. Moore kemudian masuk Islam dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Dr. Keith L. Moore kemudian aktif menangani publikasi Perhimpunan Medika Islam Amerika Utara, Downers' Grove, Illinois, USA. Dengan tanpa keraguan sedikit pun Dr. Keith L. Moore mengatakan, bahwa rujukan ilmiah tentang perkembangan dan proses reproduksi manusia tersebar di pelbagai ayat Al-Quran. Diawali dari QS. Az-Zumar ayat 6, keyakinan Dr. Keith L. Moore mendapatkan pondasi ilmiah yang kukuh. Ditambah dengan QS. Al Mu'minun ayat 13-14. Lalu, ia menelusuri
QS. Al Hajj ayat 5.
"Menurut Dr. Keith Moore, penggambaran tentang fetus, yaitu embrio yang telah berkembang di dalam uterus atau peranakan, baru muncul pertama kali pada abad ke- 15 oleh Leonardo da Vinci. Memang jauh sebelumnya pada abad ke-2, Galen pernah menggambarkan plasenta dan selaput-selaput janin dalam buku, On The Formation of The Foetus. Tetapi itu jauh berbeda dengan yang diuraikan pada abad ke-7. Ketika itu para ahli medis sudah tahu bahwa embrio manusia berkembang di dalam uretus, hanya saja tak seorang pun yang mengetahui bahwa perkembangan itu berlangsung secara bertahap. Bahkan pada abad ke-15 pun belum didiskusikan, apalagi digambarkan. Setelah mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhook pada abad ke-16, barulah penjelasan tentang tahapan permulaan embrio ayam diselidiki para ahli.
"Pengetahuan tentang penahapan embrio manusia dan bentuknya setiap tahap tidak terbayangkan hingga abad ke-20 ketika Streeter (1941) dan O'Rahilly (1972) mengembangkan sistem penahapan yang pertama kali. Apalagi tentang tiga lipat kegelapan yang ternyata maksudnya adalah tiga lapisan, yaitu dalam lapisan dinding perut, dinding rahim, dan selaput janin.
"Al-Quran menjelaskan, Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan alaqah (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."
"Jika kita cermati lebih dalam, sebenarnya alaqah dalam pengertian etimologis yang biasa diterjemahkan dengan segumpal darah juga bermakna kepada penghisap darah, yaitu lintah.
"Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika embrio berada pada tahap itu, yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung dikulit.
Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding uretus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu. Ajaibnya, embrio janin dalam tahap itu jika diperbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah.
"Bisakah kita membayangkan bahwa saat itu Muhammad sudah memiliki pengetahuan sedemikian dahsyat tentang bentuk janin yang seperti lintah, lalu menulisnya dalam sebuah buku. Padahal saat itu belum ditemukan mikroskop dan lensa. Kita tidak akan bisa membayangkannya.
Karenanya pengetahuan tentang embrio manusia yang mirip lintah, yang dijelaskan oleh Al-Quran tidak mungkin bersumber dari akal manusia.
Jelas itu adalah pengetahuan dari Tuhan, itu wahyu dari Allah, Tuhan seru sekalian, yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
"Masih ada bukti ilmiah lainnya, dari sudut pandang pelbagai bidang ilmu tentang kemukjizatan Al-Quran sebagai firman Allah. Akan tetapi rasanya saya sudah mengambil waktu yang cukup panjang. Tiga kisah ilmiah di atas kiranya sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan tentang keaslian Al-Quran sebagai wahyu dari Allah, Tuhan seru sekalian alam.
"Para pemirsa menjadi saksi, bahwa saya sudah menyampaikan kebenaran tak terbantahkan ini. Anda boleh percaya, boleh juga tidak percaya  Tidak ada paksaan untuk mengimani Al-Quran sebagai firman Allah. Dr. Gary Miller, Dr. Maurice Bucaille, dan Dr. Keith L. Moore mengimani isi Al-Quran dan masuk Islam sama sekali bukan karena ada paksaan. Mereka mengimani Al-Quran dan memeluk Islam karena alasan-alasan yang sangat ilmiah. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat?” Ayyas mengakhiri kalimatnya.
Gadis itu nampak berubah mukanya. Tubuhnya bergetar mendengar penjelasan Ayyas.
Seorang pemirsa di studio, seorang ibu setengah baya bermantel cokelat muda mengangkat tangannya. Pembawa acara hampir mempersilakan ibu-ibu itu untuk berbicara, tetapi tiba-tiba Direktur Program memberi isyarat agar acara disela dengan iklan.
Direktur Program lalu mendekati pembawa acara dan minta disudahi saat itu juga. Sebab ada kejadian luar biasa di Moskwa, yang memerlukan liputan khusus. Direktur itu menjelaskan, bahwa ada bom meledak di lobby Metropole Hotel! Puluhan orang tewas dan puluhan lainnya terluka. "Reporter kita sudah ada di sana. Pimpinan minta supaya kita harus menyiarkan kejadian besar ini secara live! Kita harus paling dulu menyiarkan pengeboman ini!" Ucap Direktur Program dengan muka agak tegang.
Dr. Anastasia Palazzo, Ayyas dan pembawa acara serta siapa pun yang mendengar kabar itu kaget dan tercengang. Bagaimana mungkin hotel legendaris itu bisa dibom? Bukankah penjagaan di sana sangat ketat? Siapa yang tega melakukan tindakan keji itu? Apa tujuannya?
Ada banyak tanda tanya dalam benak mereka. Setelah jeda iklan, pembawa acara menyudahi talk show pagi itu. Selanjutnya tayangan diganti laporan langsung dari Metropole Hotel, tempat pengeboman yang mengguncang Moskwa.
"Kenapa Anda nampak tegang?" Tanya Ayyas kepada Direktur Program sebelum pamitan minta diri.
"Adik kandung saya baru datang dari Saratov, tadi malam. Ia menginap di Metropole. Saya kontak berkali-kali tidak bisa. Saya mengkhawatirkan adik saya." Jawab Direktur Program dengan wajah cemas.
"Saya doakan, semoga adik Anda selamat."
"Terima kasih. Penjelasan Anda tentang Al- Quran sedikit banyak telah membukakan mata saya. Jujur, saya baru tahu kalau Al-Quran sedahsyat itu."
"Akan lebih baik, jika Anda menilai Al-Quran setelah benar-benar membaca dan mempelajarinya dengan seksama."
"Saya berniat untuk itu."
"Itu niat yang baik sekali."

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar